Sabtu, 27 September 2008

Pak Aloi dan Mak Aloi

Bagian : Tanah Merekah

Suatu hari Mak Aloi memanggil Pak Aloi. Pak Aloi mendekati Mak Aloi.
”Pak Aloi, coba kamu pergi ke pasar untuk membelikan saya barang?” kata Mak Aloi.
”Barang apa, Mak Aloi,” jawab Pak Aloi.
”Belikan saya kain seharga uang yang saya berikan ini,” kata Mak Aloi.
Mak Aloi memberikan uang sebesar lima kepeng kepada Pak Aloi. Pak Aloi menerimanya.
”Baiklah, Mak Aloi,” ujar Pak Aloi.
”Kalau boleh tahu, Mak Aloi. Sebenarnya, kain itu digunakan untuk apa? Biar saya tak salah membelikannya,” lanjut Pak Aloi.
”Kain itu akan digunakan untuk menutupi tanah merekah,” jawab Mak Aloi.
”Oh begitu kegunaan kain itu. Sekarang saya mengerti. Saya berangkat dulu, Mak Aloi,” kata Pak Aloi mulai mengerti. Kemudian Pak Aloi pamit diri.
”Mak Aloi, saya pergi dulu.”
”Ya, Pak Aloi, tapi jangan lama-lama ya,” sahut Mak Aloi.
”Beres, Mak Aloi,” sahut Pak Aloi.
Pak Aloi berangkatlah ke pasar. Dia berangkat dengan perasaan senang. Setiap perjalanannya, dia terus mengingat pesan yang disampaikan Mak Aloi.
Tibalah dia di pasar. Pasar yang ramai dengan hilir-mudik penjual dan pembeli yang mengadakan transaksi jual beli. Pak Aloi mulai mencari kain seharga uang yang diberikan Mak Aloi. Ditemukannya juga kain tersebut. Dia segera membeli kain tersebut.
Setelah membeli kain yang sesuai dengan pesanan Mak Aloi. Pak Aloi segera pulang ke rumahnya. Sepanjang perjalanan pulang dia ingat lagi dengan pesan Mak Aloi. Bahwa kain yang dibelinya itu digunakan untuk menutupi tanah merekah. Dia berhenti sebentar, karena di depannya dia melihat tanah merekah. Tak menunggu lama lagi, Pak Aloi menyobek kain yang dibelinya. Sobekan kain itu ditutupkannya ke tanah merekah yang dilihatnya. Kemudian dia melanjutkan perjalanannya. Dia berhenti lagi karena dia melihat tanah merekah. Dia menyobek kain yang dibelinya. Lalu sobekan kain itu ditutupkannya ke tanah merekah yang dilihatnya. Begitulah seterusnya perbuatan yang dilakukan Pak Aloi selama perjalanannya dari pasar ke rumah sehingga tak terasa langkah kakinya sudah menginjak rumahnya.
Kain yang dibelinya tinggal sejumput lagi, karena sudah ditutupkannya ke tanah merekah selama perjalanannya tadi. Dia merasa berlega hati. Karena dia sudah melaksanakan perintah Mak Aloi dengan baik. Pasti Mak Aloi merasa senang.
Dia masuk rumah dengan senangnya. Di dalam rumah sudah menunggu Mak Aloi dengan posisi berbaring.
”Pak Aloi, sudah kamu belikan kain pesanan saya,” tanya Mak Aloi bangun dari baringnya.
”Sudahlah, Mak Aloi. Inilah sisa kainnya,” jawab Pak Aloi menunjukkan sisa kain yang hanya sejumput lagi.
”Apa? Tinggal sejumput lagi,” kaget Mak Aloi.
Mak Aloi mengambil kain itu dari tangan Pak Aloi dengan paksa.
”Kamu apakan Pak Aloi sehingga kain ini tinggal sejumput?” kata Mak Aloi.
”Saya tutupkan ke tanah merekah selama perjalanan saya dari pasar sampai ke rumah kita. Itu saya lakukan sesuai dengan apa Mak Aloi pesankan pada saya. Bahwa kain yang saya beli itu digunakan untuk menutupi tanah merekah. Senang hati saya, karena perintah Mak Aloi sudah saya laksanakan dengan baik.”
”Apa? Jadi kain itu sudah kamu tutupkan semuanya ke tanah merekah selama perjalananmu dari pasar ke rumah. Dasar Bodoh. Tanah merekah yang saya maksudkan bukan tanah merekah yang kamu injak selama perjalanan kamu dari pasar ke rumah, tapi tanah merekah yang ini,” kata Mak Aloi sangat marah.
Mak Aloi menunjukkan alat kelaminnya pada Pak Aloi. Pak Aloi hanya bisa terlongo-longo melihat pemandangan tersebut, tetapi dia masih bingung dengan apa yang dikatakan Mak Aloi. Padahalkan dia sudah melaksanakan perintah yang disampaikan Mak Aloi dengan baik. Di mana letak kesalahannya?
~&&&~


Tidak ada komentar: